Pengertian Ijen Geopark, Kekayaan Taman Bumi Ijen di Bondowoso dan Banyuwangi yang Diusulkan ke Unesco

Pengertian Ijen Geopark, Kekayaan Taman Bumi Ijen di Bondowoso dan Banyuwangi yang Diusulkan ke Unesco
Pemprov Jatim saat ini tengah mengembangkan Ijen Geopark. Dilihat dari arti kata, Ijen adalah Kawah Ijen. Kawah Ijen ada di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi.

Sedangkan Geopark artinya taman bumi. Taman Bumi memiliki berbagai fungsi penting terhadap kelangsungan hidup Bumi.

Secara harfiah, Geopark adalah sebuah wilayah geografi tunggal atau gabungan, yang memiliki Situs Warisan Geologi (Geosite) dan bentang alam yang bernilai, terkait aspek Warisan Geologi (Geoheritage), Keragaman Geologi (Geodiversity), Keanekaragaman Hayati (Biodiversity), dan Keragaman Budaya (Cultural Diversity), serta dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan, dengan keterlibatan aktif dari masyarakat dan Pemerintah Daerah, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap bumi dan lingkungan sekitarnya.

Kondisi geologi Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik mengakibatkan Indonesia memiliki Keragaman Geologi (Geodiversity) yang bernilai. Keragaman Geologi (Geodiversity) tersebut memiliki nilai Warisan Geologi (Geoheritage) yang terkait dengan Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) dan Keragaman Budaya (Cultural Diversity), serta dapat dimanfaatkan melalui konsep pengembangan Taman Bumi (Geopark) yang berkelanjutan, terutama dalam rangka pengembangan destinasi pariwisata.

DIAJUKAN KE UNESCO GLOBAL GEOPARK
Permulaan pengajuan nama calon anggota Jaringan Geopark Internasional pada Unesco Global Geopark (UGG) adalah Ijen aspiring Unesco Global Geopark (aUGGp) pada tahun 2020. Aspiring Geopark mengusung tema tentang Danau Kawah Gunung Api Terasam dan pesona Blue Fire yang dimiliki oleh Kawah Ijen, serta hubungannya dengan unsur biologi dan budaya di sekitarnya. Potensi Ijen aUGGp berfungsi sebagai area pemanfaatan konservasi, edukasi, dan geotourism yang melibatkan partisipasi penuh masyarakat lokal.

Pengajuan tersebut atas dasar Keputusan Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI) yang menetapkan Ijen aUGGp sebagai Geopark Nasional pada 30 November 2018. Ijen aUGGp terletak di ujung timur Pulau Jawa. Kawasan bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, bagian timur dengan Selat Bali, bagian selatan dengan Samudera Hindia, dan bagian barat dengan Kabupaten Jember.

Secara administratif, letak Ijen aUGGp meliputi Dua (2) Kabupaten, yaitu Banyuwangi dan Bondowoso dengan luas wilayah 4.723 km2. Ijen aUGGp memiliki garis pantai terpanjang di Jawa Timur, yaitu 175,8 km sehingga menghasilkan sumberdaya kelautan dan perikanan yang melimpah.

Ijen aUGGp terbagi atas kawasan dataran rendah dan dataran tinggi. Kawasan dataran rendah merupakan area pertanian, terutama penanaman Padi yang telah lama dikenal sebagai Daerah Lumbung Beras di Provinsi Jawa Timur.

Kemudian, kawasan dataran tinggi merupakan perkebunan penghasil kopi sebagai komoditas unggulan. Kompleks Gunung Ijen Purba yang terletak pada kawasan dataran tinggi mendominasi topografi kawasan ini. Bentangan kaldera sejauh 20 km membuat kawasan ini berpagar Pegunungan dengan dominasi potensi Gunung Ijen yang paling dikenal dengan fenomena geologi Blue Fire dan Air Danau Kawah Terasam di dunia.

Sebagai kawasan yang berbatas laut dan selat, ujung Timur Jawa merupakan wilayah perlintasan manusia serta persimpangan niaga sehingga menjadikannya tempat pelbagai persilangan budaya dan beridentitas multikultural yang terepresentasi dalam ragam budaya, seni dan tradisinya (Indiarti, 2016). Jumlah penduduk di kawasan ini menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 adalah 2.121.473 (Dua Juta Seratus Dua Puluh Satu Ribu Empat Ratus Tujuh Puluh Tiga) Jiwa, dengan komposisi penduduk terdiri dari kelompok etnis Jawa, Using (biasa juga disebut Osing), Madura, Bali, Arab, Cina, India, Pakistan, dan Bugis.

Kelompok etnis Jawa menempati wilayah Banyuwangi sebelah Selatan seperti Kecamatan Pesanggaran, Bangorejo, Gambiran, Purwoharjo. Migrasi penduduk (Migran) dari Jawa biasanya berasal dari bagian Barat Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Kelompok etnis Madura umumnya menempati wilayah Bondowoso dan Banyuwangi Utara seperti Kecamatan Wongsorejo dan sekitar kawasan perkebunan, seperti Kecamatan Glenmore dan Kalibaru, serta kawasan dekat pantai seperti Kecamatan Muncar. Dahulu kala, Migran dari Madura mulai masuk ke Banyuwangi dan Bondowoso bersamaan dengan dibukanya lahan perkebunan dan pabrik gula oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Mayoritas Migran bekerja sebagai buruh perkebunan dan pabrik. Namun, profesi para Migran dari Madura mengalami pergeseran seiring dengan perpindahannya menuju kawasan kota (pasar) dan pesisir. Kelompok etnis atau Migran dari Bali secara masif menetap di Desa Patoman, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, dengan ciri khas adat istiadat yang unik. Masyarakat keturunan Bugis tinggal dalam satu perkampungan dekat pantai sehingga pada umumnya mereka menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Keturunan Bugis mayoritas bermukim di daerah Timur kota Banyuwangi, seperti Kampung Mandar dan Muncar. Masyarakat Using menempati wilayah Banyuwangi khususnya di kecamatan Kota, Glagah, Giri, Rogojampi, Singojuruh, Temuguruh, Kabat, Songgon, Cluring, dan Genteng.

Top